CURHAT TENTANG…SYUKUR NIKMAT

                                       NikmatKu manakah lagi yang kamu dustakan.??
Di kesempatan kali ini saya ingin menulis tentang Syukur Nikmat, sebagai ekspresi rasa syukur saya kepada Allah SWT atas segala nikmat hidup dan kehidupan yang telah saya terima dan rasakan hingga saat ini. Setidaknya ada nasihat khusus buat saya pribadi bahwa telah begitu banyak rizki dan kasih sayang Allah kepada saya, yang mana kesusahan, kesempitan, musibah yang saya alami jauh bandingannya dan tidaklah seberapa artinya dengan nikmat rezeki yg saya terima baik itu rejeki berupa kemudahan hidup, jalan keluar dari permasalahan, kesehatan sampai pertolongan Allah dimana saya dan keluarga pernah luput alias selamat dari kecelakaan maut kendaraan di jalan tol cipali tahun 2018. Kalaulah saya menyitir ayat Quran dalam surah Ar-Rahman…. Fabiayyi alaa i rabbikumaa tukadzibaan .. “ Maka nikmat mana lagi dari Tuhanmu yang hendak kau dustakan….
       Apalagi kalaulah kita membaca siroh nabawiyah bagaimana para nabi dan rasul yang diturunkan ke bumi ini tidak lepas dari pada ujian hidup yang luar biasa … bagaimana dahsyatnya ujian yang diterima nabi Ayub, tapi dalam menjalani ujiannya dijalani dengan penuh sabar dan tawakal bahkan semakin dekat dengan Tuhannya….semakin dahsyat ujiannya semakin dekat pula dengan Tuhannya.. Inilah keimanan para nabi dan rasul. Berbeda dengan kita, yang seringnya mengeluh, meratap bahkan terkadang seolah-olah menyalahkan Tuhan, seperti dalam sinetron, oh  kenapa Tuhan tidak adil kepadaku…, Apakah sudah tidak sayang kepada hambanya lagi … Na udzu billahi min dzalik… Semoga kita dijauhkan dari ucapan-ucapan sia-sia seperti itu.

Syukur alhamdulillah pada hari ini kita masih bisa merasakan betapa besarnya nikmat-nikmat yang telah dianugrahkan Allah kepada kita,…
Begitu kita bangun pagi hari, badan terasa bugar, semangat dan tenaga rasanya pulih dan kembali segar, dan ini salah satu nikmat yang kadang tidak banyak direnungkan dan diperhatikan. Bukankah kita telah merasakan nikmatnya tidur sepanjang malam. Sekujur badan lemas, letih setelah seharian kerja mencari karunia Allah, terbuai di alam mimpi, istirahat pulas menikmati tidur karunia Allah, dan andaikata rasa kantuk itu tak kunjung tiba, berarti nikmatnya tidur tidak akan kita rasakan, apa yang terjadi? Betapa gelisahnya perasaan ini, badan terasa tidak karuan, ini baru sisi kecil dari kehidupan ummat manusia.
 “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu dapat menghitungnya.”
Diatas adalah firman Allah dalam Al-Quran, dimana kalaulah kita mencoba menghitung nikmat/karunia Allah niscaya kita nggak bisa menghitungnya dikarenakan begitu tidak terhitungnya nikmat yang Allah anugrahkan kepada kita.

Marilah kita layangkan pandangan kita ke sekeliling lingkungan, bahwasannya setiap makhluk yang hidup di atas permukaan bumi ini, sangat tergantung kepada komponen udara yang telah disediakan oleh Sang Maha Pencipta.
Di dalam udara, kita jumpai berbagai unsur gas, seperti : oksigen, nitrogen, hidrogen, helium, zat lemas, argon, kripton dan gas-gas lainnya yang kecil jumlahnya. Padahal sesungguhnya sama sekali tidak ada pabrik gas, karena manusia tak mampu membuat gas. Yang ada hanyalah pabrik yang memisah-misahkan gas dengan perbedaan titik didih masing-masing gas.
Dari hasil penyelidikan cerdik pandai bahwa pada udara tersebut ditemui dalam prosentasi unsur-unsur gas yang seimbang sebagaimana yang diperlukan oleh umat manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Salah satu unsur gas yang sangat berpotensi bagi hidup dan kesehatan manusia adalah gas oxygen. Kebutuhan seorang manusia dalam memenuhi kesehatan memerlukan gas oxygen setiap harinya antara 18-20 %. Allah telah mengatur sedemikian rupa dengan pasti bahwa di dalam udara yang kita hirup saat ini persis dalam prosentasi antara 18-20 %. Andai kata lebih tinggi dari prosentase tersebut, maka suhu udara gerah, panas dan akibatnya mudah terpicu timbulnya kebakaran dimana -mana, dan sebaliknya bila jauh di bawah prosentase tersebut maka yang akan terjadi adalah penduduk susah bernafas, tersengal-sengal karena pernafasan kita terganggu oleh zat lemas yang memenuhi lingkungan hidup kita dan besar kemungkinan keluhan akan berkepanjangan seperti yang telah kita alami beberapa waktu lalu merambanya asap dipenjuru Asia. Maha Besar Engkau ya Allah!

Untuk lebih meyakinkan diri kita, apa yang dikemukakan tadi, patutlah diketahui atau kalau ada yang telah mendalami anggaplah kita mengulang kajian lama, bahwa seorang manusia sehat dewasa dalam keadaan normal, dalam satu menit kurang lebih 20 (dua puluh) kali bernapas. Satu kali bernafas udara kurang lebih 2 liter udara ke dalam rongga-rongga pernapasan, ini berarti semenit akan menghirup kurang lebih 40 liter udara. Kalau sehari semalam (24 jam) kita akan mengkonsumsi 57.600 liter udara, atau dengan kata lain kita telah menggunakan gas oxygen murni (100%) sebanyak 20% dari 57.600 liter udara adalah 11.520 liter oxygen murni seharinya.  Berapa besarkah nilai ekonominya?

Saat ini umum dipasarkan satu tabung oxygen harganya Rp. 40.000 yang isinya 6000 liter yang kadar oxygen antara 97-99% berarti nilai tiap liternya adalah 40.000:6000 adalah kurang lebih Rp.6.600 per liter.
Ini berarti, seorang manusia sehat bisa cuma-cuma alias gratis telah menghabiskan gas oxygen setiap harinya dengan nilai 11.520 kali Rp. 6.600 sama dengan Rp. 760.000,-. Kalau sebulan nilainya menjadi Rp.22.800.000,-
Nah kalau kita ingin lebih mendalaminya lagi seberapa besar nikmat oxygen yang telah kita hirup selama hidup atau pada usia kita saat ini misalnya 40 tahun, 50 tahun atau 60 tahun rata-rata kita semua yang masih hidup, berutang kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dalam nilai rupiah saat ini di atas 1 milyar, rasanya memang mustahil? Tapi kalau tidak percaya boleh hitung sendiri, itulah begitu besarnya nikmat Allah kepada hambaNya dan itu masih sebagian kecil dari nikmat yang baru kita perhatikan.
Oleh karena itu dalam surat Ar-rahman, Allah Subhannahu wa Ta’ala mewanti-wanti kepada hambaNya dengan mengulang-ulang 31 kali peringatan bagi umat manusia dengan firmanNya: Fabiayyi alaa i rabbikumaa tukadzibaan
Artinya: “NikmatKu manakah lagi yang kamu dustakan.
Coba kita sedikit meluangkan waktu untuk  merenung sejenak di tengah kesibukan mencari nafkah betapa besar karunia Allah kepada diri kita, keluarga & kerabat kita, bangsa kita dan hamba Allah pada umumnya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui dengan nyata sisi-sisi kecil atas nikmat yang telah kita rasakan bernilai sekian besarnya apalagi dalam mengarungi hidup ini, masih akan mengenyam nikmat-nikmat lainnya berupa nikmat kelapangan rizki, nikmat berkeluarga, nikmat kebahagiaan, nikmat kepuasan hidup dan masih setumpuk nikmat lainnya yang sukar menyebutkannya satu persatu.
Sebagai hasil renungan kita atas nikmat ini tentunya menimbulkan kesadaran dari lubuk hati yang dalam, kemudian dituangkan dalam bentuk kesyukuran, dan kesyukuran ini tidaklah punya arti sama sekali jika hanya dalam bentuk lisan semata.
Mensyukuri karunia Allah harus berupa pengakuan hati kepada kebesaran dan keagungan Allah dalam sikap dan tindakan nyata, disamping secara lisan dengan mengucapkan Alhamdulillah sebagai ungkapan terima kasih juga mau berbagi kepedulian sosial dan menggunakan rizki tersebut untuk hal-hal yang baik, misalnya bersedekah untuk membantu orang yang hidup dalam kesusahan, menyantuni fakir miskin, menolong korban  bencana alam…

Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dengan cara menggunakan nikmat tersebut secara proporsional atau sesuai dengan kehendak sang Pemberi nikmat yaitu Allah SWT, dengan mengingat, menyebut dan memuji pemberi nikmat tersebut, sedangkan hakikat kufur adalah menyembunyikan, merasa tidak tahu menahu kepada pemberinya, atau merasa bahwa segala nikmat/rezeki yang diperolehnya adalah hasil dari usaha jerih payahnya sendiri, disamping juga tidak menggunakan nikmat tersebut dengan semestinya.
Salah satu indikator apakah kita pandai bersyukur atau tidak terhadap nikmat-nikmat Allah adalah bagaimana upaya kita menggunakan nikmat dan pemberian Allah tersebut kepada hal-hal yang diridhoi-Nya. Jika kita diberikan oleh Allah Anugrah berupa kekayaan , maka pergunakanlah harta kekayaan tersebut sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Jika kita diberikan anugrah oleh Allah berupa anak dan keturunan, maka pelihara dan didiklah anak-anak kita agar menjadi anak yang sholeh –sholehah, yang selalu mengabdi kepada Allah, berbakti kepada kedua orangtuanya dan bermanfaat bagi sesamanya.
Satu hal lagi yang membesarkan hati kita yakni adanya jaminan Allah Subhannahu wa Ta’ala bagi hambaNya dengan firmanNya dalam surat Ibrahim ayat 7:


Akhirnya,.. kita memohon kehadirat Allah Subhannahu wa Ta’ala semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan kufur nikmat dan memberikan limpahan karunia agar kita tetap termasuk dalam golongan yang sedikit yakni golongan orang-orang yang tahu mensyukuri nikmatNya, Amin Ya Robbal Alamiin.
Cileungsi, 5 April 2020
Referensi Bacaan:
  1. Khutbah jumat : Drs. M.D. Hakim, Bba
  2. Al-Quranul Al kariem
  3. Kitab Al-Wafi syarah Arbain An-Nawawiyah : Dr.Musthafa Dieb Al Bugha

Komentar

Postingan populer dari blog ini